JAKARTA, Pelitajakarta.com – Pameran Sketsa ‘Kumandang ing Sepi’ karya Romo Mudji Sutrisno SJ digelar di Galery Cipta III, Taman Ismail Marzuki 30 Oktober hingga 2 November 2017. Bersamaan dengan acara pembukaan pameran ini, Mudji Sutrisno juga sekaligus meluncurkan buku ‘Esai Esai untuk Negeri’.
Mudji Sutrisno sengaja meluncurkan buku ini dengan memanfaatkan momentum Hari Sumpah Pemuda. “Indonesia itu maha kaya dengan rajutan kebudayaan. Kalau ke-Minang-an yang paling baik, ke-Batak-an yang paling baik, ke-Jawa-an yang paling benar disumbangkan untuk Indonesia, saya kira, 89 tahun Sumpah Pemuda tidak akan sia-sia,” ujar Mudji.
Dikatakannya lagi, para seniman seperti Rendra dan Sutardji pernah menegaskan Indonesia itu dimulai dengan puisi. “Dan puisi itu adalah ikrar para pemuda. Tapi sayangnya, lama kelamaan berubah jadi upacara,” kata rohaniawan sekaligus budayawan ini.
Sementara tentang pameran sketsa-nya yang bertajuk ‘Kumandang ing Sepi’, Mudji Sutrisno menjelaskan bahwa karya-karya ini dibuat ketika melakukan perjalanan ke Asia Tenggara. Dalam perjalanannya itu, ia menemukan bahwa garba, bagian-bagian candi, stupa, adalah sama. “Dan itulah rahim, kehidupan,” katanya. “Jadi ketika saya keliling membuat sketsa senja di candi-candi, saya merasakan hening, serasa bermeditasi di sana.”
Pengamat senirupa Merwan Yusuf dalam sambutannya saat pembukaan pameran, mengatakan karya-karya Romo Mudji kali ini bertemakan arsitektural religius yang beragam, gereja, candi dan juga mesjid. “Mengamati sketsa-sketsa yang dipamerkan, romo Mudji mengundang kita untuk mengembara ke dalam alam spiritual religius,” ucap Merwan.