Beranda Budaya

Lakon Koruptor yang Menguras Tawa

Lakon Koruptor yang Menguras Tawa
Pertunjukan 'Koruptor Pamit Pensiun' produksi Indonesia Kita, di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, 20-21 Oktober 2017. (foto:Galuh)

JAKARTA, Pelitajakarta.com – Pementasan lakon ‘‘ di Graha Bhakti Budaya, sukses menguras tawa penonton. Sepanjang 3 jam pertunjukan, penonton dibuai oleh lemparan dialog-dialog kritikan dengan kemasan canda para pemain yang didominasi dari kalangan komedian, seperti Cak Lontong, Akbar, Cak Kartolo, Sapari, Marwoto, serta Trio GAM; Gareng, Joned dan Wisben.

Tema korupsi, sepertinya memang sudah menjadi bahasan yang paling menggugah selera untuk dituangkan ke atas panggung. Meski berita-berita tentang korupsi sudah muncul setiap hari di , meski istilah baru dari plesetan jargon politik dan juga mim (me.me) di media sosial sudah ramai diperbincangkan, namun ketika semua itu diangkat menjadi sebuah pertunjukan tetap saja mampu menyedot perhatian.

Seperti diucapkan Butet Kertaredjasa dalam sambutannya di awal pentas, bahwa lakon itu tidak untuk menyindir siapapun. Sebab, katanya, koruptor sudah kebal, dan tidak pernah ambil peduli dengan berbagai sindiran bahkan protes apapun. Karenanya, tak perlu disanggah jika pentas lakon ‘Koruptor Pamit Pensiun’ yang digelar sebanyak tiga kali pertunjukan di Graha Bhakti Budaya ini cukup vulgar menyebut kasus-kasus korupsi.

Pementasan ‘Koruptor Pamit Pensiun’ dibuka dengan tampilnya seniman ludruk legendaris, Cak Kartolo. Pemain kesenian Jawa Timur-an ini menembangkan lirik berbahasa Jawa yang sarat peran, diiringi Djaduk Ferianto dan Kua Etnika-nya.

Butet Kertaredjasa, seorang tokoh tiba-tiba membuat pengakuan dirinya seorang koruptor. Selain didampingi istri dan anaknya (diperankan Sha Ine Febriyanti), pengumuman ini juga disaksikan langsung oleh aparat penegak dan dokter. Kemunculan karakter-karakter aparat hukum dari kehakiman dan kejaksaan (diperankan Marwoto, Gareng, Joned dan Wisben) dan juga dokter pribadi (diperankan Cak Lontong dan Akbar), seakan sudah bisa langsung tertebak ‘kemana, apa dan siapa’ yang bakal disentil dalam cerita yang naskahnya ditulis ini.