JAKARTA, Pelitajakarta.com – Jakarta Biennale 2017 digelar dengan mengusung tema ‘Jiwa’. Event bernuansa budaya dan seni kontemporer yang berlangsung hingga 10 Desember ini selain dipusatkan di Gudang Sarinah Ekosistem, Pancoran, Jakarta Selatan juga dibarengi dengan kegiatan lainnya di sejumlah museum di Jakarta, di antaranya, Museum Sejarah Jakarta, Museum Tekstil, Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Taman Prasasti dan Museum Wayang.
Melati Suryodarmo selaku Direktur Artistik, menjelaskan Jakarta Biennale 2017 mengupayakan pemahaman atas perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat melalui keragaman bentuk dan metode seni, persinggungan pemikiran dan tindakan, serta gagasan dalam lingkup pendidikan.
Jakarta Biennale 2017 menampilkan karya-karya dari 51 seniman dalam dan luar negeri, dengan melibatkan empat kurator seni, yakni Annisa Gultom dan Hendro Wiyanto (Jakarta), Philippe Pirotte (Frankfurt) dan Vit Havranek (Praha).
Dalam ajang Jakarta Biennale 2017 ini, panitia juga secara khusus menggelar pameran retrospektif ‘Menimbang Kembali Sejarah’ yang mengangkat karya-karya Semsar Siahaan berupa lukisan, gambar, reproduksi poster, dan sejumlah arsip pribadi, termasuk buku harian yang ia tulis pada 24 Oktober 1998–13 September 2002 ketika berada di luar Indonesia. Selain itu, Jakarta Biennale 2017 juga menerbitkan buku berisi tulisan-tulisan Semsar Siahaan, wawancara-wawancara, dan tulisan tentang sejumlah pameran karyanya.
Selain karya perupa Semsar, tentunya Jakarta Biennale 2017 juga telah menyusun jadwal yang padat setiap harinya, mulai dari pameran, performing art workshop hingga diskusi.