JAKARTA, Pelitajakarta.com, Dengan diberlakukannya penggunaan E-Toll pada setiap ruas tol di Jabodetabek, maka yang paling jelas diuntungkan adalah pengelola jalan tol. Hal ini dikemukakan oleh Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi.
“Pengelola jalan tol tidak lagi pusing untuk menyiapkan uang receh untuk kembalian tarif tol yang dibayarkan konsumen. Sebelumnya, pengelola jalan tol harus menyiapkan uang kembalian yang nilainya mencapai puluhan miliar rupiah per hari,” kata Tulus.
Tulus mengatakan meskipun sebelumnya pengelola jalan tol menganjurkan pengguna jalan tol membayar menggunakan uang pas, tetapi pada kenyataannya hampir semua konsumen memerlukan uang kembali saat membayar tarif tol.
Pembayaran mengunakan “e-Toll” juga lebih memberikan kepastian jumlah pengguna jalan tol dan mengurangi kemungkinan manipulasi jumlah pengguna jalan tol dan pendapatan pengelola jalan tol.”Dengan penggunaan ‘e-Toll’ jumlah pengguna jalan tol yang sesungguhnya bisa lebih transparan,” ujarnya.
Selain menguntungkan pengelola jalan tol, Tulus menilai penggunaan “e-Toll” dan uang elektronik secara keseluruhan juga menguntungkan Bank Indonesia. Menurut dia, penggunaan uang elektronik secara massal akan menyebabkan biaya cetak uang kartal menjadi turun.
“Apalagi, biaya produksi pembuatan uang lebih besar daripada nilai nominal yang tercantum pada uang kartal, khususnya untuk mata uang pecahan kecil,” tuturnya.
Karena itu, klaim pemerintah dan pengelola jalan tol bahwa “e-Toll” adalah instrumen untuk meningkatkan pelayanan seharusnya dibarengi dengan pemberian insentif kepada pengguna jalan tol, bukan malah disinsentif berupa biaya pengisian ulang sebagaimana diwacanakan sebelumnya.
Pada 31 Oktober 2017, semua transaksi pembayaran di gerbang tol akan dilakukan menggunakan “e-Toll”.